JAKARTA - Partai Gelora menolak PKS yang membuka peluang bergabung dengan koalisi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menyinggung sentimen musuh bebuyutan di balik penolakan Gelora ke PKS.
"PKS musuh bebuyutan Gelora. Publik semua tahu Gelora didirikan oleh tokoh-tokoh sempalan PKS, persisnya tokoh yang dulunya ikut membesarkan PKS. Karena ada konflik internal maka tokoh tersebut out dan bikin Gelora," kata Adi seperti yang dilansir pada detik.com, Senin (29/4/2024).
Adi menilai 'kisah masa lalu' itu yang membuat munculnya penolakan dari Gelora kepada PKS. Dia membandingkan sikap penolakan tidak muncul saat adanya wacana NasDem dan PKB bergabung ke koalisi Prabowo.
"Wajar kalau kemudian yang ditolak hanya PKS bukan partai lain seperti PKB dan NasDem. Bagi Gelora, PKS musuh politik sekaligus musuh ideologis, sulit mereka bersatu," katanya.
Menurut Adi, selain faktor sentimen pribadi, PKS dan Gelora juga terpisah secara sikap politik. Dia menilai perbedaan itu bisa menjadi penghambat bagi PKS jika hendak bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran.
"Antara sentimen pribadi dan sentimen politik campur aduk. Intinya musuh bebuyutan sampai kiamat sulit disatukan (di koalisi Prabowo). Ini bisa jadi faktor penghalang PKS jika ingin merapat ke Prabowo," tutur Adi.
Partai Gelora sebelumnya bereaksi terkait langkah politik PKS yang membuka diri untuk bergabung dengan Pemerintahan Prabowo-Gibran. Partai Gelora menolak hingga menyinggung kembali serangan-serangan PKS kepada Prabowo-Gibran selama ini.
"Jika sekarang PKS mau merapat karena alasan proses politik sudah selesai, apa segampang itu PKS bermain narasi ideologisnya? Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya," kata Sekjen Partai Gelora Mahfuz Sidik dalam keterangannya, Minggu (28/4).