Hal tersebut diungkapkannya kepada media kemarin, Selasa (23/04/2024), di sela-sela sebuah kegiatan informal dengan beberapa guru dan wali murid di Dayah Terpadu Almuslimun Lhoksukon.
“Orang tua, guru, dan pemerintah adalah tiga aktor utama sebagai penentu masa depan anak bangsa. Akankah mereka menjadi penghalang atau penunjang karakter negatif anak? Semua tergantung pada tiga aktor utama itu, ” kata Mawardi, yang juga salah satu dewan guru di Dayah Terpadu Almuslimun Lhoksukon.
Mawardi, yang juga dikenal sebagai orator ulung itu, menyatakan bahwa kontribusi orang tua harus terdepan dan tercepat, dan tidak boleh tanggungjawab pendidikan anak sepenuhnya diserahkan kepada guru dan pemerintah semata.
“Ini adalah kekeliruan fatal. Google bahkan bisa lebih baik jika hanya sekadar untuk transfer ilmu, ” ucap guru Bahasa Inggris tersebut.
Kepala pengasuhan Almuslimun itu menguraikan, ada banyak keunggulan yang seharusnya dimiliki oleh guru: menjadi contoh, pemilik perilaku baik, menghargai antar sesama, dan juga menciptkan sikap cinta sesama. Sehingga, simpulnya, perundungan tidak akan terjadi.
Alumnus megister Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala (FKIP USK) ini juga prihatin dengan pernyataan negatif dari beberapa kalangan terhadap kinerja pemerintah terkait kemajuan pendidikan karakter anak.
Mawardi menyimpulkan, sinergitas antara orang tua, guru, dan pemerintah harus tercipta dengan baik. Lineraritas di antara ketiganya menentukan hasil pendidikan anak bangsa di masa yang akan datang.
Kondisi anak bangsa hari ini, ungkapnya, merupakan hasil dari konsep pendidikan sebelumnya. Begitu juga konsep pendidikan hari ini akan menentukan gambaran kehidupan anak bangsa masa yang akan datang. (mitrapolri.com)